Label

Tampilkan postingan dengan label ROCK N ROLL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ROCK N ROLL. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Mei 2011

Paul DiAnno (ex Iron Maiden): Heavy Metal & Islam



Berikut adalah artikel bagus dari mantan vokalis Iron Maiden, Paul Dianno. Dia telah masuk Islam sekitar 20 tahun yang lalu. Yang paling diingat adalah debutnya di 2 album hebat Iron Maiden pertama "Iron Maiden" dan "Killers", ada baiknya untuk melihat dia masih aktif di dunia musik.

Seorang mantan vokalis Iron Maiden menunjukkan bahwa seseorang bisa aktif dalam politik, meyakin agama dengan sebenar2nya dan rock n roller.

Jarang sekali seseorang mendapat hidayah dalam bentuk yang benar dan murni. Untuk diketahui Paul DiAnno, seorang legenda Heavy Metal, adalah seorang yang sekarang di jalan menuju kebenaran yang belum sepenuhnya meninggalkan semua masa lalunya.

Setelah mencapai ketenaran terbesarnya sebagai anggota icon rock Inggris Iron Maiden, DiAnno benar2 menjalani kehidupan yang identik dengan rock. Seks, narkoba, kekerasan dan pemenuhan keinginannya liar itu hanya untuk sementara waktu, tetapi akhirnya cuma sia2. Meskipun ia tidak secara khusus mencari alternatif dengan cara-cara dekaden nya, DiAnno akhirnya menemukan jalan yang lebih baik.

Paulus DiAnno memeluk Islam sekitar 20 tahun yang lalu, dan sejak itu berusaha untuk membentuk kembali hidupnya. Menjauh dari obat2an dan minuman keras serta menyanyi yang tidak lebih hanya menggunakan suaranya untuk pemanggilan setan daripada tujuannya untuk menyerukan kepada dunia dalam usahanya untuk berperang, ketidakadilan kemiskinan dan penyakit.

Meskipun meninggalkan banyak cerita Paulus DiAnno tentang album2 Platinumnya "Running Free" "Wrathchild," dan "Murders in Rue Morgue," sebenarnya dia belum sepenuhnya meninggalkan musik . DiAnno masih melakukan konser 200 dalam setahun dan telah benar-benar membawa musik dan pesan kepada dunia luas.

Di Anno masuk Islam karena mantan istrinya yang seorang Muslim pernah berkata, "Jangan mengatakan apa-apa, hanya membaca ini," dan dia membaca Al-Qur'an dan beberapa literatur lainnya.

Dia berkata : “Saya selalu percaya pada Allah, tetapi dengan mengatakan bahwa Anda adalah seorang Muslim, orang-orang di Barat berpikir bahwa Anda sedang berjalan dengan senapan mesin di sekitar Anda. Kebanyakan Muslim adalah orang-orang yang sangat damai. Saya selalu percaya bahwa jika Anda percaya pada Tuhan dan Anda berlutut untuk berdoa kepada Tuhan, maka anda harus berdoa langsung kepada Tuhan, Anda tidak harus melalui ‘Holy Mother’ dan orang lain untuk sampai ke sana. Hal itu yang masuk akal bagi saya. Saya juga menghentikan melakukan narkoba. Saya dengan tegas percaya bahwa Allah telah terus membiarkan saya melakukan apa yang saya lakukan karena ia berpikir bahwa saya akhirnya menulis tentang hal2 yang berguna.”

Tentang Islam, DiAnno mengaku dirinya sangat takjub sekali. Menurutnya, Islam itu penuh kesejukan. "What I like about Islam is that it is Green. Allah gave us this world just to look after, not to wreck and ravage," tuturnya.

Kesejukan dalam Islam itulah yang membuat DiAnno tak separuh-separuh. Tahun depan ia berencana untuk menunaikan haji sebagai prasasti dalam hidupnya. Bahkan ia tak segan-segan jika rambutnya yang panjang harus dicukur dalam ibadah itu. "My head is already shaved in anticipation!"

Tak hanya itu, DiAnno juga mengaku kemana saja dirinya pergi, Qur'an selalu bersamanya. "Oh, yeah. My Koran goes everywhere with me."

Paul DiAnno dalam wawancara itu juga berbicara tentang Israel dan Palestina. "Jerusalem sangat penting bagi seorang muslim," katanya. Dan ia pun bercerita, beberapa waktu lalu ia pernah berkunjung ke Palestina dan ziarah ke masjidil Aqsha. Namun niatnya itu dicegah oleh seorang tentara Israel yang mencegatnya masuk masjidil Aqsha.

"Fuck you! I am a Muslim and I am going in to pray." Maki DiAnno pun membuat tentara Israel tsb berhamburan.

Meskipun begitu, menurut saya DiAnno juga tidak sepenuhnya melaksanakan Islam secara utuh, dia seperti kebanyakan artis muslim di Indonesia-lah, sholat aja mungkin juga bolong2. Paling sebatas nyaman dengan keyakinan dan ajaran yang ada dalam Islam.

Kamis, 21 April 2011

Band Progessive-Rock Rusia Dengan Nama " INDONESIA "



Ini cukup mengagetkan serta membanggakan, kenapa tidak, salah satu band indie Rusia memakai nama ‘Indonesia’ sebagai nama band mereka untuk berkarya. Dengan memakai nama ‘Indonesia’ band ini tengah jadi perbincangan hangat dikalangan musisi Rusia.
Band Indonesia ini berdiri pada musim gugur di tahun 2007 lalu. Didirikan di St-Petersburg, Moskow, band ini mengusung jenis musik perpaduan unsur rock barat klasik dengan musik modern progresif.

Untuk masuk dapur rekaman sendiri, Band Indonesia harus mengarungi jalan yang berliku-liku agar bisa sampai di dapur rekaman.Berkat latihan dan kerja keras, band ini akhirnya mulai terkenal lewat lagu ‘Pretty Colours’.
Hubungannya dengan nama ‘Indonesia’? Untuk yang satu ini,Band yang terkenal lewat aksi panggungnya tersebut, tidak menceritakan tentang asal-usul, mengapa mereka memakai nama Indonesia sebagai nama band yang mereka gawangi. Tetapi, banyak yang memperkirakan mereka tertarik menamakan bandnya itu dengan nama Indonesia agar terkesan unik.

Band Members :
Coal - vocal, guitar
Santa - bass
Demian - guitar, soundscapes
Charlie - drums, percussions

Influences:
Dream Theater, Led Zeppelin, The Used, Nirvana, King Crimson, Queen, Iron Maiden, Muse, Aerosmith, Guns n Roses, Green Day, Glassjaw, Head Automatica, Refused, the mars volta,my chemical romance.
Sounds Like New Wave Rock!!!!!

Senin, 18 April 2011

Dream Theater



Dream Theater adalah salah satu grup progressive metal paling terkemuka di dunia saat ini. Didirikan oleh Mike Portnoy, John Petrucci dan John Myung, mereka telah merilis delapan album studio, empat rekaman live dan satu album pendek (EP). Album pertama mereka, When Dream And Day Unite direkam dengan Charlie Dominici sebagai vokalis dan Kevin Moore sebagai pemain keyboards. Dominici berusia jauh lebih tua daripada anggota lainnya dan ingin memainkan musik yang lain, sehingga ia kemudian keluar dari grup. Mereka kemudian mencari pengganti yang ideal selama 2 tahun sampai akhirnya bertemu dengan James LaBrie, vokalis dari Kanada melalui audisi.
Bersama LaBrie mereka merekam Images And Words yang melambungkan nama mereka ke jajaran internasional dengan hit "Pull Me Under" dan "Another Day". Awake adalah album terakhir mereka dengan Moore yang kemudian digantikan oleh Derek Sherinian untuk album Falling Into Infinity. Pada akhirnya Sherinian juga digantikan oleh Jordan Rudess dan formasi ini masih bertahan sampai hari ini. Mereka telah meluncurkan album konsep Metropolis 2: Scenes From A Memory dan album ganda Six Degrees Of Inner Turbulence. Pada tahun 2003 mereka memutuskan untuk merekam album non-konsep Train Of Thought yang sangat dipengaruhi oleh grup thrash metal seperti Metallica. Album mereka yang berjudul Octavarium dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2005 dan selain merupakan album studio kedelapan juga mengandung delapan lagu.
Setelah Dream Theater meluncurkan album Live mereka dalam memperingati 20 tahun Dream Theater terbentuk yang berjudul Score yang direkam pada tanggal 1 April 2006 di Radio City Music Hall,US. Mereka kembali bersiap meluncurkan album ke sembilan mereka dengan membawa bendera label record baru yaitu RoadRunner Records, mereka telah merampungkan album Systematic Chaos yang berisi 8 lagu dan akan diluncurkan pada tanggal 5 Juni 2007 di US.

Dream Theater dibentuk pada bulan September 1985, ketika gitaris John Petrucci dan bassis John Myung memutuskan untuk membentuk sebuah band untuk mengisi waktu luang mereka ketika bersekolah di Berklee College of Music di Boston. Mereka lalu bertemu seorang pemain drum, Mike Portnoy, di salah satu ruang latihan di Berklee, dan setelah dua hari negosiasi, mereka berhasil mengajak Mike Portnoy untuk bergabung. Setelah itu, mereka bertiga ingin mengisi dua tempat kosong di band tersebut, dan Petrucci bertanya kepada teman band, Kevin Moore, untuk menjadi pemain keyboard. Dia setuju, dan ketika Chris Collins diajak untuk menjadi vokalis, band tersebut sudah komplit.
Dengan lima anggota, mereka memutuskan untuk menamai band tersebut dengan nama Majesty. Menurut dokumentasi DVD Score, mereka berlima sedang mengantri tiket untuk konser Rush di Berklee Performance Center ketika mendengarkan Rush dengan boom box. Portnoy lalu berkata bahwa akhiran dari lagu tersebut (Bastille Day) terdengar sangat "majestic". Pada saat itulah mereka memutuskan Majesty adalah nama yang bagus untuk sebuah band, dan tetap bagus sampai sekarang.
Beberapa teknik penulisan lagu yang unik telah dilakukan oleh Dream Theater, yang kebanyakan terjadi di masa - masa sekarang, ketika mereka bisa bereksperimen dengan label rekaman mereka sendiri.
Dimulai dengan Train of Thought, Dream Theater sudah memulai memasukkan elemen - elemen kecil dan tersembunyi di musik mereka, dan memuat elemen tersebut kepada peminat yang lebih fanatik. Karakteristik yang paling terkenal (yang biasa disebut "nugget") tersembunyi di "In the Name of God", yang merupakan sandi morse dari "eat my ass and balls" (makan pantatku dan penisku), yang merupakan kata - kata terkenal dari Mike Portnoy. Sejak saat itu, banyak peminat - peminat Dream Theater mulai berusaha menemukan hal - hal kecil yang biasanya tidak menarik bagi peminat biasa.
Beberapa dari teknik mereka yang terkenal termasuk:
• Suara dari fonograf di akhiran dari "Finally Free" di album Scenes from a Memory adalah suara yang sama di awalan "The Glass Prison" di album berikutnya, Six Degrees of Inner Turbulence. Dan akhiran kunci terakhir di "As I Am" sama dengan kunci yang digunakan di album selanjutnya, Train of Thought. Juga, not piano yang dimainkan di akhiran "In the Name of God" di 'Train of Thought adalah not yang sama dengan pembukaan "The Root of All Evil" di album berikutnya, Octavarium.
• Tiga bagian dari "The Glass Prison" di Six Degrees of Inner Turbulence, dua bagian dari "This Dying Soul" di Train of Thought dan dua bagian dari "The Root of All Evil" di Octavarium menunjukkan tujuh poin pertama dari dua belas poin - poin di program Alcoholics Anonymous oleh Bill Wilson, yang mana program itu diikuti oleh Mike Portnoy. Ia juga berkata bahwa ia akan membuat lagu - lagu lain yang memuat lima program lainnya, yang akan ditujukan untuk Wilson
• Dream Theater kadang menggunakan teknik penulisan lagu dimana bagian - bagian dari sebuah lagu dikembangkan tiap kali mereka dimainkan. Contohnya, lagu "6:00" dari Awake. Setelah awalan lagu, mereka hampir memainkan chorus, tapi mengulang lagu tersebut dari awalan lagi (di menit 1:33). Dan ketika chorus sudah seharusnya dimainkan pada saat berikutnya, mereka mengulang lagi dari awalan, di menit 2:11. Teknik ini bisa juga ditemukan di "Peruvian Skies", "Blind Faith" dan "Endless Sacrifice"
• Penggunaan notasi yang berulang - ulang juga digunakan, yang sudah dikenal dari lagu - lagu Charles Ives, contohnya:
1. Tema lagu "Wait for Sleep" muncul di "Learning to Live" (menit 8:11) dan juga muncul dua kali di "Just Let Me Breath" (menit 3:39 dan 5:21)
3. Tema lagu "Learning to Live" muncul di "Another Day" (menit 2:53)
4. Tema lagu "Space-Dye Vest" digunakan beberapa kali di album Awake.
5. Tema pembukaan dari "Erotomania" digunakan di "Voices" di Awake (menit 4:51).
6. Satu dari melodi - melodi di "Metropolis Pt 1 (The Miracle and the Sleeper)" diulang di chorus kedua di "Home" dari Metropolis Pt 2 (Scenes From A Memory), dengan cuma pengubahan satu kata. Beberapa lirik dari "Metropolis Pt 1" just digunakan di "Home". Pada dasarnya, keseluruhan album "Scenes From A Memory" penuh dengan musikal/lirikal/konseptual variasi dari elemen - elemen musikal dari "Metropolis Pt 1" dan "The Dance of Eternity" sebenarnya dibangun dari variasi - variasi elemen musik di lagu - lagu dalam album tersebut.
7. Bagian - bagian dari tiap lagu di album "Octavarium" telah digunakan di bagian kelima dari lagu berjudul sama, "Octavarium".

• Six Degrees of Inner Turbulence, studio album ke enam mereka, memuat enam lagu dan mempunyai karakter - karakter angka enam di judul - judul lagunya. Train of Thought, studio album ke tujuh mereka, memuat tujuh lagu. Octavarium, studio album ke delapan mereka memuat delapan lagu dan judul albumnya diambil dari kata octo, yang merupakan kata Latin yang berarti delapan, berarti satu oktaf dari istilah musik, yang mana merupakan jarak dari satu not ke not lain adalah delapan not di tangga nada diatonik. Judul lagi dari CD ini adalah 24 menit, kelipatan dari 8. Halaman depan albumnya juga memuat karakter - karakter yang berhubungan dengan 5 dan 8. Contohnya, satu set dari kotak - kotak putih dan kotak - kotak hitam, mempunyai arti satu oktaf dari piano.
• Lagu "Octavarium" dulunya ingin diakhiri dengan seruling yang bergema serupa dengan awalan lagu tersebut. Namun diganti dengan not piano yang sama dari awalan album Octavarium. Mike Portnoy telah mengatakan bahwa seri awalan - akhiran album akan berhenti disini, karena album ke sembilan mendatang tidak akan diawali dengan akhiran "Octavarium"



Sumber: wikipedia

Rabu, 13 April 2011

Saturday Morning Cartoon's Greatest Hits




Free Download Album Saturday Morning Cartoon
rar password: www.mp3boo.com

This album contains :
1. "The Tra La La Song (One Banana, Two Banana)" (from Banana Splits Adventure Hour) Mark Barkan/Richie Adams Liz Phair with Material Issue 3:12
2. "Go Speed Racer Go" (from Speed Racer) Nobuyoshi Koshibe Sponge 3:06
3. "Sugar, Sugar" (from The Archie Show) Jeff Barry/Andy Kim Mary Lou Lord with Semisonic 3:52
4. "Scooby-Doo, Where Are You?" (from Scooby-Doo, Where Are You!) David Mook/Ben Raleigh Matthew Sweet 3:12 5.
5. "Josie and the Pussycats" (from Josie and the Pussycats) Denby Williams/Joseph Roland/Hoyt Curtin Juliana Hatfield and Tanya Donelly 2:15
6. "The Bugaloos" (from The Bugaloos) Norman Gimbel/Charles Fox Collective Soul 3:17
7. "Underdog" (from Underdog) Chester Stover/Watts Biggers/Treadwell Covington/Joseph Harris Butthole Surfers 3:54
8. "Gigantor" (from Gigantor) Louis C. Singer/Eugene Raskin Helmet 4:12
9. "Spider-Man" (from Spider-Man) Robert "Bob" Harris/Paul Francis Webster Ramones 2:05
10. "Jonny Quest/Stop That Pigeon" (from Jonny Quest/Dastardly and Muttley in Their Flying Machines) William Hanna/Joseph Barbera/Hoyt Curtin The Reverend Horton Heat 3:10
11. "Open Up Your Heart and Let the Sun Shine In" (from The Flintstones) Stuart Hamblen Frente! 3:37
12. "Eep Opp Ork Ah-Ah (Means I Love You)" (from The Jetsons) William Hanna/Joseph Barbera/Hoyt Curtin Violent Femmes 3:21
13. "Fat Albert Theme" (from Fat Albert and the Cosby Kids) Ricky Sheldon/Edward Fournier Dig 3:44
14. "I'm Popeye the Sailor Man" (from Popeye) Sammy Lerner Face to Face 3:03
15. "Friends/Sigmund and the Seamonsters" (from Sigmund and the Sea Monsters) Danny Janssen/Bobby Hart Tripping Daisy 4:21
16. "Goolie Get-Together" (from The Groovie Goolies) Linda Martin/Janis Gwin Toadies 3:48
17. "Hong Kong Phooey" (from Hong Kong Phooey) Hoyt Curtin/William Hanna/Joseph Barbera Sublime 3:43
18. "H.R. Pufnstuf" (from H.R. Pufnstuf) Les Szarvas The Murmurs 3:17
19. "Happy, Happy, Joy, Joy" (from The Ren and Stimpy Show) Charlie Brissette/John Kricfalusi/Christopher Reccardi Wax 3:28

Selasa, 29 Maret 2011

Blues dan Islam



Blues dikenal sebagai sebuah aliran musik vokal dan instrumental yang berasal dari Amerika Serikat (AS). Musik yang mulai berkembang pesat pada abad ke-19 M itu muncul dari musik-musik spiritual dan pujian yang biasa dilantunkan komunitas kulit hitam asal Afrika di AS. Musik yang menerapkan blue note dan pola call and response itu diyakini publik AS dipopulerkan oleh ‘Bapak Blues’–WC Handy (1873-1958).

Percayakah Anda bahwa musik Blues berakar dari tradisi kaum Muslim Awalnya, publik di negeri Paman Sam pun tak meyakininya. Namun, seorang penulis dan ilmuwan serta peneliti pada Schomburg Center for Research in Black Culture di New York, Sylviane Diouf, berhasil meyakinkan publik bahwa Blues memiliki relasi dengan tradisi masyarakat Muslim di Afrika Barat.

Untuk membuktikan keterkaitan antara musik Blues Amerika dengan tradisi kaum Muslim, Diouf memutar dua rekaman. Yang pertama diperdengarkannya kepada publik yang hadir di sebuah ruangan Universitas Harvard itu adalah lantunan adzan–panggilan bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah shalat. Setelah itu, Diouf memutar Levee Camp Holler.

Rekaman kedua itu adalah lagu Blues lawas yang pertama kali muncul di Delta Mississippi sekitar 100 tahun yang lalu. Levee Camp Holler bukanlah lagu blues yang terbilang biasa. Lagu itu diciptakan oleh komunitas kulit hitam Muslim asal Afrika Barat yang bekerja di Amerika pasca-Perang Sipil.

Lirik lagu Levee Camp Holler yang diperdengarkan Diouf itu terdengar seperti panggilan suara adzan–berisi tentang keagungan Tuhan. Seperti halnya lantunan adzan, lagu itu menekankan kata-kata yang terdengar bergetar. Menurut Diouf, langgam yang sengau antara lagu Blues Levee Cam Holler yang mirip adzan juga merupakan bukti adanya pertautan antara keduanya.

Publik yang hadir di ruangan itu pun takjub dengan kebenaran bukti yang diungkapkan Diouf. “Tepuk tangan pun bergemuruh, sebab hubungan antara musik Blues Amerika dengan tradisi Muslim jelas-jelas terbukti,” papar Diouf. “Mereka berkata, ‘Wow, benar-benar terdengar sama. Blues ternyata benar berakar dari sana (tradisi Islam)’.”

Jonathan Curiel dalam tulisannya bertajuk, Muslim Roots, US Blues, mengungkapkan bahwa publik Amerika perlu berterima kasih kepada umat Islam dari Afrika Barat yang tinggal di Amerika. Sekitar tahun 1600 hingga pertengahan 1800 M, banyak penduduk kulit hitam dari Afrika Barat yang dibawa paksa ke Amerika dan dijadikan budak.

Menurut para sejarawan, sekitar 30 persen budak dari Afrika Barat yang dipekerjakan secara paksa di Amerika itu adalah Muslim. “Meski oleh tuannya dipaksa untuk menganut Kristen, namun banyak budak dari Afrika itu tetap menjalankan agama Islam serta kebudayaan asalnya,” cetus Curiel.

Mereka tetap melantunkan ayat-ayat Alquran setiap hari. Namun, sejarah juga mencatat bahwa para pelaut Muslim dari Afrika Barat adalah yang pertama kali menemukan benua Amerika sebelum Columbus. “Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,” tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A Chronological Observation.

Curiel menambahkan, pengaruh lainnya yang diberikan komunitas kulit hitam yang beragama Muslim di Amerika terhadap musik Blues adalah alat-alat musik yang bisa mereka mainkan. Pada era perbudakan di Amerika, orang kulit putih melarang mereka untuk menabuh drum, karena khawatir akan menumbuhkan semangat perlawanan para budak.

Namun, penggunaan alat musik gesek yang biasa dimainkan umat Islam dari Afrika masih diizinkan untuk dimainkan karena dianggap mirip biola. Guru Besar Ethnomusikologi dari Universitas Mainz, Jerman, bernama Prof Gehard Kubik mengatakan alat musik banjo Amerika juga berasal dari Afrika.

Secara khusus, Prof Kubik menulis sebuah buku tentang relasi musik Blues dengan peradaban Islam di Afrika Barat berjudul, Africa and the Blues, yang diterbitkan University Press of Mississippi pada 1999. “Saya yakin banyak penyanyi Blues saat ini yang tak menyadari bahwa pola musik mereka meniru tradisi musik kaum Muslim di Arab” cetusnya.

Secara akademis Prof Kubik telah membuktikannya. “Gaya vokal kebanyakan penyanyi Blues menggunakan melisma, intonasi bergelombang. Gaya vokal seperti itu merupakan peninggalam masyarakat di Afrika Barat yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam sejak abad ke-7 dan 8 M,” paparnya. Melisma menggunakan banyak nada dalam satu suku kata.

Sedangkan, intonasi bergelombang merupakan rentetan yang beralih dari mayor ke skala minor dan kembali lagi. Hal itu sangat umum digunakan saat kaum Muslim melantunkan adzan dan membaca Alquran. Dengan fakta itu, papar Prof Kubik, para peneliti musik seharusnya mengakui bahwa Blues berakar dari tradisi Islam yang berkembang di Afrika Barat.

Meski telah dibuktikan secara akademis, namun masih banyak pula yang tak mengakui adanya pengaruh tradisi masyarakat Muslim Afrika dalam musik Blues. “Non-Muslim sangat sulit untuk meyakini fakta itu, karena mereka tak memiliki pengetahuan yang cukup tentang peradaban Islam dan musik Islami,” ungkap Barry Danielian, seorang pemain terompet yang tampil bersama Paul Simon, Natalie Cole, dan Tower of Power.

Suara lantunan adzan dan ayat-ayat Alquran yang biasa dilantunkan para Muslim kulit hitam di Amerika mengandung musikalitas. “Dalam jamaah saya, kata Danielian yang tinggal di Jersey City, New Jersey, ‘Ketika kami berkumpul dan sang imam datang ada ratusan orang dan kami melantunkan doa, pasti terdengar sangat musikal. Anda akan mendengar musikal itu seperti orang Amerika menyebut Blues.’” Begitulah tradisi Islam di AS telah melahirkan sebuah aliran musik bernama Blues.

source: www.kaskus.us

Jumat, 11 Maret 2011

Tielman Brothers: Indonesian Classic Rock n Roll



The Tielman Brothers were the first Dutch Indo band that successfully went international in the 1950s. They were one of the pioneers of rock and roll in The Netherlands. The band was quite famous in Europe, long before The Beatles and The Rolling Stones. Their music was later called Indorock, a fusion of Indonesian and Western music, and has roots in Keroncong.
Tielman Brothers has appeared on the Palace of State Jakarta before the President Sukarno. They are the children of Herman Tielman from Kupang and Flora Lorine Hess from Semarang. Their recording career began when Tielman family in 1957 migrated and settled in Breda, the Netherlands. The Tielman Brothers are well known in Europe, especially in the Netherlands and Germany.

Tielman Brothers introduced the first reliable rock music before The Beatles. Action stage they are known always attractive and entertaining. They appear as jumping, rolling, and display the guitar, bass, and drums are gorgeous. Andy Tielman, the frontman, even believed to have popularized the attraction of playing guitar with his teeth, behind the head or behind the body long before the Jimi Hendrix, Jimmy Page or Ritchie Blackmore.

source: wikipedia

Selasa, 23 November 2010

THE TIELMAN BROTHERS (Biang Rock n Roll Dunia dari Indonesia)


The Tielman Brothers adalah sebuah grup musik asal Indonesia. Musik mereka beraliran rock and roll, namun orang-orang di Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik Indonesia dan Barat, dan memiliki akar di Keroncong. The Tielman Brothers adalah yang band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada 1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock and roll di Belanda. Band ini cukup terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones.

The Tielman Brothers pernah tampil di Istana Negara Jakarta dihadapan Presiden Soekarno.[1] Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess asal Semarang. Karier rekaman mereka dimulai ketika keluarga Tielman pada tahun 1957 hijrah dan menetap di Breda, Belanda. Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, terutama Belanda. Di Indonesia sendiri, nama The Tielman Brothers masih menjadi nama yang asing, sebuah kenyataan yang sangat disayangkan.


Aksi panggung The Tielman Brothers yang atraktif

The Tielman Brothers dipercaya lebih dulu memperkenalkan musik beraliran rock sebelum The Beatles. Aksi panggung mereka dikenal selalu atraktif dan menghibur. Mereka tampil sambil melompat-lompat, berguling-guling, serta menampilkan permainan gitar, bass, dan drum yang menawan. Andy Tielman, sang frontman, bahkan dipercaya telah mempopulerkan atraksi bermain gitar dengan gigi, di belakang kepala atau di belakang badan jauh sebelum Jimi Hendrix, Jimmy Page atau Ritchie Blackmore.

Perjalanan musik The Tielman Brothers dimulai di Surabaya pada tahun 1945, dimana empat kakak beradik laki-laki dan seorang adik perempuannya, Jane, sering tampil membawakan lagu-lagu dan tarian daerah. Kemampuan musik mereka diturunkan dari sang ayah, Herman Tielman, seorang kapten tentara KNIL, yang sering bermain musik bersama teman-temannya dirumahnya di Surabaya.
Berawal dari ketertarikan Ponthon untuk memainkan contrabass yang diikuti saudara-saudaranya yang lain. Reggy mempelajari banjo, Loulou mempelajari drum, dan Andy mempelajari gitar. Penampilan pertama mereka pada acara pesta di rumahnya membuat teman-teman ayahnya kagum dengan membawakan lagu-lagu sulit seperti Tiger Rag dan 12th Street Rag. Sejak saat itu mereka sering tampil di acara-acara pribadi di Surabaya. Tawaran tampil pun berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia. Sampai pada akhirnya pada tahun 1957 mereka sekeluarga memutuskan untuk hijrah ke Belanda.



sumber : id.wikipedia.org